Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERKARA-PERKARA YANG DIPERBOLEHKAN SEORANG LAKI-LAKI TIDAK SHALAT BERJAMAAH DI MASJID

Shalat jamaah di masjid merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh, sebagaimana yang difatwakan oleh para ulama berdasarkan dalil al Qur’an dan as Sunnah.

Bahkan dikatakan seseorang itu tidak shalat, kalau didengar suara adzan kemudian tidak mendatanginya, kecuali ada udzur, boleh shalat di rumahnya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْ ، فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ.(رواه ابن حبان و البيهقي. قال شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين).

Barangsiapa yang mendengar panggilan adzan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali ada udzur. (HR. Ibnu Hiban dan Baihaqi. Berkata Syekh Syueb Al Arnuth: Isnad Shahih atas syarat Bukhari muslim).

Shalat di rumah tanpa udzur, sah shalatnya, namun dia berdosa, karena menyelisihi perintah Allah dan RasulNya untuk menghadiri shalat berjamaah di masjid.

Al Lajnah Ad Daimah (MUI nya Saudi Arabia), ditanya tentang hukum shalat berjamaah.

مَا حُكْمُ صَلَاةِ الرَّجُلِ فِيْ بَيْتِهِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ، وَمَنْزِلِهِ قَرِيْبٌ مِنَ الـمَسْجِدِ؟
صَلَاةُ الـجَمَاعَةِ وَاجِبَةٌ، وَيَأْثِمُ مَنْ تَرَكَهَا بِغَيْرِ عُذْرٍ.

“Apa hukum shalat laki-laki di rumah tanpa udzur dan rumahnya dekat dengan masjid?” Shalat jamaah itu wajib, orang meninggalkannya dengan tanpa udzur dia berdosa. (7/283).

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah :

“Shalat jamaah itu wajib dan bukan syarat sahnya shalat, meninggalkannya berdosa kalau tanpa udzur syar’i". (Majmu’ Fatawa juz 15).

Diantara udzur-udzur seseorang yang boleh tidak mendatangi shalat jamaah dimasjid adalah :

1. Sakit Parah.

Biila sakit parah, tidak bisa lagi melangkah ke masjid, maka diperbolehkan shalat dirumahnya. Apabila sakitnya tidak parah, tetaplah mendatangi masjid, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap pergi ke masjid walaupun beliau sakit dan beliau pun shalat sambil duduk.

عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ مَرِضَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ مُرُوا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ (البخاري)

Dari Abu Burdah bin Abu Musa dari bapaknya, dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit, lalu dia perintahkan Abu Bakar untuk mengimami orang-orang shalat. (HR. Bukhari).

Aisyah radhiyallaahu 'anha mengisahkan tentang kisah shalat berjamaah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sakit. 'Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata:

فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ أَبِى بَكْرٍ قَالَتْ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى بِالنَّاسِ جَالِسًا وَأَبُو بَكْرٍ قَائِمًا يَقْتَدِى أَبُو بَكْرٍ بِصَلاَةِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَيَقْتَدِى النَّاسُ بِصَلاَةِ أَبِى بَكْرٍ. )مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Beliau datang dan duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Beliau mengimami jama'ah dengan duduk sedang Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang mengikuti shalat Abu Bakar. (HR. Bukhari Muslim).

2. Takut dengan jiwa dan hartanya.

Apabila kita terancam dengan penganiayaan atau pembunuhan oleh seseorang di perjalanan menuju masjid atau harta kita dirampas atau dirampok, maka boleh kita tidak pergi ke masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْ ، فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ.(رواه ابن حبان و البيهقي. قال شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين).

Barangsiapa yang mendengar panggilan adzan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali ada udzur. (HR. Ibnu Hiban dan Baihaqi. Berkata Syekh Syueb Al Arnuth: Isnad Shahih atas syarat Bukhari muslim).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang apa udzurnya, sehingga orang bisa tidak shalat jamaah di masjid, Beliau menjawab : Takut dan sakit.

قَالُوا وَمَا الْعُذْرُ قَالَ خَوْفٌ أَوْ مَرَضٌ «ابو داود قال الشيخ الألباني : صحيح).

Mereka bertanya, apa udzurnya? Dia menjawab takut dan sakit. (HR. Abu Daud.Berkata Syekh Al Albani: Hadits Shahih).

3. Hujan.

Kalau hujan turun, boleh kita shalat di rumah, tidak perlu kita pergi ke masjid, ini keringan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikan kepada kita.

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ أَذَّنَ بِالصَّلاَةِ فِي لَيْلَةٍ ذَاتِ بَرْدٍ وَرِيحٍ ثُمَّ قَالَ أَلاَ صَلُّوا فِي الرِّحَالِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَأْمُرُ الْمُؤَذِّنَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةٌ ذَاتُ بَرْدٍ وَمَطَرٍ يَقُولُ أَلاَ صَلُّوا فِي الرِّحَالِ. (رواه البخاري).

Dari Nafi, bahwa Ibnu Umar pernah beradzan untuk shalat di waktu malam yang sangat dingin dan berangin, kemudian dia mengatakan: “Shalatlah di rumah kalian”. Lalu dia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau memerintahkan muadzin ketika malam yang sangat dingin dan hujan, shalatlah dirumah kalian. (HR. Bukhari).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لِمُؤَذِّنِهِ فِي يَوْمٍ مَطِيرٍ إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ فَلاَ تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ قُلْ صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ (رواه البخاري).

Ibnu Abbas berkata kepada Muadzin ketika hari sedang hujan, apabila kamu sudah mengucpkan Asyhadu anna Muhammadar rasulullah, maka jangan kamu katakan, hayya ‘alash shalah, katakanlah shalluu fi buyutikum (shalatlah di rumah-rumah kalian). (HR. Bukhari).

4. Makanan sudah dihidangkan.

Bila makanan telah di hidangkan, makanlah terlebih dahulu walaupun adzan dikumandangkan. Ini merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pasti ada hikmah dibalik itu semua. Mungkin kalau meninggalkan makanan yang telah terhidangkan untuk shalat berjamaah, shalat kita tidak khusyu, selalu ingat makanan. Mungkin pula kalau makanan di tinggalkan, akan disantap lebih dahulu oleh lalat, yang nantinya membuat kita sakit dan kemungkinan-kemungkinan lain yang semuanya baik bagi kita.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لاَ يَقُومُ أَحَدُكُمْ إِلَى الصَّلاَةِ وَهُوَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ. (رواه ابن حبان. قال شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Salah seorang diatara kalian tidak boleh mendirikan shalat (berjamaah ke masjid), apabila telah terhidang makan-an.(HR. Ibnu Hiban. Berkata Syekh Syu’aib Al Arnuth: Hadit Isnad Shahih).

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَابْدَؤُوا بِالْعَشَاءِ، وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ. (رواه مسلم).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila makan malam seseorang diantara kalian telah terhidang, sedangkan shalat telah didirikan, maka makan malamlah terlebih dahulu, dan jangan tergesa-gesa sampai menyele-saikan makannya.” (HR. Muslim).

5. Mau Kentut atau Buang Hajat.

Ketika orang shalat berjamaah, tidak boleh kita menahan kentut, kencing atau buang air besar, segera batalkan dan pergi ke jamban. Begitu pula ketika adzan dikumandangkan, lantas desakan untuk buang air begitu kuat, maka buang airlah terlebih dahulu.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لاَ يَقُومُ أَحَدُكُمْ إِلَى الصَّلاَةِ وَهُوَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلاَ هُوَ يُدَافِعُهُ الأَخْبَثَانِ الْغَائِطُ وَالْبَوْلُ. (رواه ابن حبان. قال شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Salah seorang diatara kalian tidak boleh mendirikan shalat (berjamaah ke masjid), apabila telah terhidang makanan dan tidak boleh menahan kencing dan buang air besar. .(HR. Ibnu Hiban. Berkata Syekh Syu’aib Al Arnuth: Hadit Isnad Shahih).

6. Tertidur atau lupa.

Orang yang tertidur atau lupa, tidak masalah tidak shalat berjamaah. Shalatnya yaitu ketika bangun bagi yang tidur dan ketika ingat bagi yang lupa. Kapanpun bangunnya atau kapan pun ingatnya itulah waktu shalatnya. Misalkan orang tertidur sampai lewat waktu subuh, terbangun jam 10 pagi, maka itulah waktu shalat subuhnya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ نَبِىُّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا ». (رواه مسلم).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka penggantinya adalah shalat ketika ingat (terbangun. (HR. Muslim).

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ {وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي}. (رواه البخاري).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: Barangsiapa yang lupa shalat, maka shalatlah ketika telah ingat sebagai pengganti bagi shalat yang lupa tersebut. (dan dirikan shalat untuk mengingatku). (HR. Bukhari).

Inilah beberapa alasan syar’i untuk tidak bisa mengahadiri shalat jamaah di masjid. Jangan sungkan dan ragu, karena semua berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Wajib kita pergi shalat jamaah karena ada dalil yang kuat, begitu pula ketika kita tidak bisa pergi shalat jamaah karena ada udzur yang syar’i, yang penulis sebutkan di atas.